Gambar : Siklus Transformasi Pembentukan Batuan |
GEOLOGI PERTAMBANGAN
Ilmu Geologi adalah ilmu dasar dari bumi
yang mempelajari planet bumi, struktur dalam, material penyusun, proses-proses
yang terjadi di permukaan dan di dalam bumi, baik secara kimia, fisik atau
proses fisika dan biologi.
ILMU BATUAN
A.
MINERAL
1.
Pengertian Mineral
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang
terdapat di alam, terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada
batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.
2.
Sifat Fisik Mineral
Sifat fisik suatu mineral
berhubungan erat dengan struktur kristal dan komposisi kimianya. sehingga
dengan mempelajari sifat-sifat fisisnya kita dapat membuat beberapa deduksi
mengenai struktur kristal dan komposisi kimianya. Sifat fisika dari mineral
dapat/banyak digunakan dalam segi-segi teknik karena pemakaian mineral di dalam
industri terutama tergantung pada sifat fisisnya; misalnya pemakaian intan
sebagai pengasah yang baik, disebabkan oleh karena kekerasannya yang luar biasa
sedangkan pemakaian kwarsa pada alat-alat elektronik. Selain itu sifat-sifat
fisis ini juga berguna dalam segi-segi praktis, karena sifat-sifat fisis banyak
menolong kita di dalam penentuan mineral.
Dari uraian di atas
ternyata sifat-sifat fisik mineral dapat dianggap penting dalam 3 (tiga) aspek
yaitu : aspek ilmiah, aspek teknik dan aspek penentuan (determinasi).
Sifat-sifat fisik yang perlu diperhatikan untuk keperluan determinasi adalah
sbb:
Ø Warna
Mineral
Warna mineral adalah warna yang kita tangkap dengan mata
bilamana mineral tersebut terkena sinar. Pada umumnya warna mineral ditimbulkan
karena penyerapan babarapa jenis panjang gelombang yang membentuk cahaya putih,
jadi warna itu timbul sebagai hasil dari pada cahaya putih yang dikurangi oleh
beberapa panjang gelombang yang terserap. Misalnya mineral yang berwarna gelap
adalah mineral yang secara merata dapat menyerap seluruh panjang gelombanng
pembentuk cahaya putih.
Sebab-sebab yang menimbulkan warna di dalam mineral
bergantung berbagai hal antara lain:
1. Komposisi Kimia
Contoh : Warna biru dan hijau pada mineral-mineral copper/tembaga sekunder.
2. Struktur Kristal dan ikatan atom
Contoh : Polymorph dari carbon; intan tidak berwarna dan transparan
sedangkan grafit berwarna hitam dan opaque.
3. Pengotoran dari pada mineral
Contoh : Calcedon yang berwarna.
Ø Kilap
(Luster)
Kilap (luster) merupakan suatu sifat optis yang mempunyai
hubungan yang erat dengan peristiwa pemantulan dan maupun pembiasan.
Dua jenis utama dari apda
Kilap (luster) yang biasa dimiliki 3 oleh mineral-mineral dikenal dengan
sebutan :
1. Kilap logam (Luster metallic)
2. Kilap bukan logam (luster non metallic)
Jika kita tidak dapat/sulit menarik batasan yang nyata/tegas/jelas diantara
dua jenis kilap di atas, maka kita nyatakan dengan kilap setengah logam (luster
sub metallic).
Hubungan antara kilap dengan indeks bias adalah sbb :
1. Kilap Logam ; mineral-mineral yang dapat
menyerap pancaran sinar secara kuat, karena disebabkan oleh sifat opaque atau
hampir opaque walaupun mineral-mineral berbentuk sebagai fragmen-fragmen yang
tipis (sesungguhnya sudah cukup tembus cahaya bagi sinar infra merah).
Kilap logam dipunyai pada
umumnya oleh mineneral- mineral yang berindeks bias lebih besar dari 3 (tiga)
terdiri dari logam-logam murni dan kebanyakan dari kelompok sulfida.
Contoh ;
- Antimonite
(Sb) - Galena (Pbs)
- Pyrite (FeS2) -
Chalcopyrite (CuFeS2)
2. Kilap setengah logam (Luster sub metallic) :
terdiri dari mineral-mineral transparant dan translucent dengan indeks bias
antara 2,6-3,0.
Contoh :
- Cuprite (Cu2O),
n = 2,85
- Cinnabar (HgS), n
= 2,91
- Hematite (Fe2O3), n
= 3,00
3. Kilap bukan logam : Umumnya terdiri dari beberapa jenis-jenis antara lain
:
a. Kilap kaca (Vitreous luster),
didirikan oleh mineral-mineral yang mempunyai indeks bias antara 1,9-1,3
meliputi 70% dari semua mineral yang kita kenal termasuk hampir semua silikat,
oxylate (carbonate, pospat, sulfat dsb), halida, oksida dan bidroksida dari
unsure-unsur ringan seperti Mg dan Al.
Contoh :
- Fluorite (CaF2), n = 1,43
- Kwarsa (SiO2), n = 1,54
- Calcite (CaCO3),
b. Kilap Intan (Diamond Luster/Adamantin Luster:
Didirikan oleh mineral –mineral yang mempuyai indeks bias antara 1,9 - 2,6.
Contoh :
- Zirconium (ZrSiO4) n = 1,92
- Cassiterite (SnO2) n = 1,99 – 22,09
- Intan/ diamond (C) n
= 2,4 – 2,46
c. Kilap Lemak (Grease Luster),
kilap lilin (waxy luster), kilap sutera (Silky luster), kilap mutiara (pearly
luster) adalah merupakan variasi dari kilap bukan logam yang disebabkan oleh
sifat permukaan yang dapat memantulkan sinar.
Permukaan belahan dari halite (NaCI) mempunyai kilap kaca dalam keadaan
segar, tetapi akan berubah menjadi kilap lemak atau lilin apabila sudah
tersingkap di udara bebas.
Kilap sutra, dihasilkan oleh mineral-mineral yang terjadi dari kumpulan
serat-serat yang sejajar seperti asbes Mg(Si4O18(OH)8
dan beberapa varietas dari gypsun (CaSO42H2O).
Kilap mutiara dihasilkan oleh mineral-mineral yang transparan dengan
struktur kisi berlapis dan mempunyai lembaran tipis yang sempurna, dihasilkan
oleh pantulan bagian bawah permukaan.
contoh : Talk, Mika, Gypsum, dengan kristal kasar.
d. Kilap Damar (resineous luster), merupakan
kombinasi antara warna kuning atau cokelat dengan indeks bias antara 1,8-2,6.
Ø Cerat
Cerat atau warna gores
adalah warna yang kita dapatkan bilamana mineral kita goreskan pada keping
porselin yang kasar permukaannya atau warna mineral bila ditumbuk halus. Banyak
mineral yang mempunyai warna yang sama dengan warna goresnya seperti cinuabar
berwarna merah, magnetit berwarna hitam dan sebagainya. Dan adapula mineral
yang mempunyai warna gores yang berbeda dengan warna mineralnya seperti
hematite berwarna abu-abu – hitam goresnya merah, pyrite warna kuning
pucat-kuning warna goresnya hitam dan sebagainya.
Kebanyakan mineral
transparan dan translucent mempunyai gores berwarna putih. Mineral-mineral
berwarna gelap dengan kilap bukan logam biasanya mempunyai gores yang lebih
terang dari warna mineralnya, sedangkan mineral-mineral dengan kilap logam
sering mempunyai gores lebih gelap dari warnna mineralnya.
Ø Belahan
(Cleavage)
Belahan adalah kecenderungan suatu mineral yang karena pengaruh
mekanis, seperti pemukulan atau penekanan akan terbelah-belah dan tidak hancur
pada arah yang tertentu, sehingga didapatkan permukaan yang rata dan licin atau
dengan kata lain jika suatu kristal/mineral mengalami suatu gaya atau strain
dan melampaui batas elastisitas dan plastisnya, maka akan terbelah sejajar
dengan permukaan mineral atau pecahnya sepanjang permukaan yang berhubungan
struktur kristalnya.
Berdasarkan kwalitas belahan, maka belahan mineral dapat
dikelompokkan menjadi :
1. Belahan sempurna (perfect), dijumpai pada
mineral yang belahannya sepanjang bidang belahan dengan permukaan licin dan
berkilauan, sulit terbelah kecuali pada bidang belahannya.
Contoh : Kalsit (CaCO3) dan Muskovit (KAl2Si3O10(OH)2)
2. Belahan bagus (Good), mineral dengan belahan
bagus apabila terbelah memanjang bidang belahan, tetapi dapat pula secara
melintang.
Contoh : Feldspar.
3. Belahan tertentu (distinct), kebanyakan dapat
dilihat sepanjang bidang belahan, tatapi juga dijumpai pada kedudukan lain,
akibatnya permukaan belahan itu sendiri jarang ada yang besar.
Contohnya : Scapolite
4. Belahan tidak jelas (indistinct), memberikan
pecahan yang nampak seperti belahan, dalam pemeriksaan yang teliti digolongkan
sebagai belahan.
Contoh : Beryl (Be3Al2(Si6O18).
Sedangkan berdasarkan arah
belahannya terhadap kedudukan kristalografinya, maka dapat dibagi atas :
1. Belahan satu arah, dijumpai pada mineral yang
berbentuk pipih.
Contoh : Mika Group.
2. Belahan dua arah, dijumpai pada mineral-mineral
berbentuk prismatic.
Contohnya : Pyroksin Group, Amphibol
Group, Feldspar dll.
3. Belahan 3 arah, dijumpai pada mineral-mineral
Rhombohedral dan Orthorombik.
Contohnya : Mineral Orthorombik : - Barite (BaSO4)
- Anhydrite (CaSO4)
- Celestite (SrSO4)
Mineral
Rhombohedral : - Calsite (CaCO3)
-
Dolomite (CaMg(CO3)2)
-
Magnesite (MgCO3)
-
Siderite (FeCO3)
4. Belahan 4 arah, dijumpai pada mineral-mineral
isometric dan tetragonal.
Contoh : Mineral Isometrik : -
Fluorite (CaF2)
-
Diamond (C)
Mineral
Tetragonal : - Scapolite
5. Belahan 6 arah, dijumpai pada mineral-mineral
isometric.
Contoh : - Sphalerite (ZnS)
- Sedalite (Na4(AlSiO4)3Cl)
Ø Pecahan
(Fracture)
Pecahan adalah keretakan mineral yang didapat tidak
melalui suatu bidang tertentu, sehingga arah pecahan tidak teratur dan tidak
rata.
Pecahan dari mineral dapat
dibedakan atas :
1. Concoidal fracture, apabila pecahannya secara
melengkung (menyerupai kurva dan permukaannya licin)
Contoh : - Kwarsa (SiO2) - Fiter
- Opal - Obsidian
2. Hacklysfracture, apabila pecahannya menyerupai
gigi, seperti pecahan besi, tajam-tajam dan tidak teratur.
Contoh : - Silver (Perak) Ag
- Copper
(Tembaga) Cu
- Iron (Besi) Fe
3. Even, bidang pecah agak kasar, tetapi
kecil-kecil masih mendekati bidang datar.
Contoh : - Mika
4. Uneven atau irregular fracture, apabila
pecahannya kasar dan permukaannya tidak teratur.
Contoh : - Cerargyrite (AgCl)
- Gypsum (CaSO42H2O)
Ø Kekerasan (Hardnes)
Kekerasan mineral umumnya
didefenisikan sebagai daya tahan suatu mineral terhadap suatu goresan
(scratching). Biasanya secara praktis dalam bidang mineralogi untuk mendapatkan
kekerasan suatu mineral dilakukan dengan cara menggoreskan mineral satu
terhadap mineral yang lainnya.
Untuk menguji mineral yang
lasim ditentukan dengan menggunakan skala kekerasan dari Mohs seorang sarjna
Australia yang menyusun skala menurut tingkat kekerasan relatifnya mulai dari
kekerasan yang terlunak sampai yang keras (kekerasan 1-10) pada tahun 1822.
Penentuan keras mineral ialah dengan skala Mohs manakah yang memberikan
cerat/goresan pada mineral yang diselidiki dan manakah yang tidak. Jadi, kalau
satu mineral dapat dicerat dengan skala keras 7 (kwarsa) tetapi tidak dapat
dicerat dengan skala keras 6 (feldspar), maka keras mineral tersebut ialah 6,5
atau antara 6 dan 7. Penentuan mineral
tersebut harus sependek mungkin (0,5cm) dan harus searah, mengingat
bahwa kekerasan mineral pada arah yang berbeda dapat berbeda pula nilainya.
Kenyataan ini erat hubungannya dengan arah-arah kristalografinya, umpamanya
pada mineral kyanit yang berbentuk batang pada arah panjangnya dengan keras
antara 4–5 sedang tegak lurus padanya mempunyai keras 7.
Penentuan keras mineral
selain dengan cara penceratan tersebut dapat pula dengan cara-cara pengasahan
(grinding method), penggoresan (abrasion Method) cara penekanan (indenting
method), sehingga nilai kekerasan tersebut dapat berbeda-beda menurut cara yang
digunakan.
Kekerasan mineral disusun dari 1 sampai 10 sesuai tingkat kekerasannya
adalah sbb :
Kekerasan (Hardness)
|
Nama Mineral
|
Komposisi Mineral
|
Keterangan
|
1
|
TALK
|
Mg3Si4O10(OH)2
|
Tergores kuku
|
2
|
GIPSUM
|
CaSO42H2O
|
Tergores kuku
|
3
|
KALSIT
|
CaCO3
|
Tergores pecahan botol
|
4
|
FLUORIT
|
CaF2
|
Tergores pisau lipat
|
5
|
APATIT
|
Ca5(PO4)3F
|
Tergores gelas
|
6
|
ORTOKLAS
|
KAlSi3O8
|
Tergores kikir baja
|
7
|
KUARSA
|
SiO2
|
|
8
|
TOPAS
|
Al2(SiO4)(F7OH)2
|
|
9
|
KORUNDUM
|
Al2O3
|
|
10
|
INTAN
|
C
|
Cara
menentukan kekerasan dilakukan dengan menggoreskan mineral skala keras Mohs
pada mineral yang kita selidiki. Agar tidak merusak mineral-mineral skala
keras, dalam penentuan kekerasan kita dapat memulai menguji kekerasan mineral
yang diselidiki dengan mineral skala keras yang paling keras dalam hal ini
adalah intan dan selanjutnya secara bertahap kita turunkan pengujian dengan
mineral skala keras seperti tersebut tadi. Jadi kekerasan mmineral skala keras
yang dipakai untuk mengujinya.
Jangan
hanya menguji pada muka mineral saja, uji juga bagian muka lainnya sebab
kemungkinan mineral tersebut kekerasannya tidak seragam pada segala arah.
Jika
kita berada di lapangan, dapat mengadakan tes pengujian kekerasan pada
batas-batas tertentu dengan mempergunakan perbandingan sbb :
-
Kuku jari-jari kekerasan (H) = 2 -2,5
-
Tang Logam kekerasan (H) = 3,0
-
Kikir
baja kekerasan
(H) = 6,5
-
Intan kekerasan (H) = 10
-
Pecahan
Botol kekerasan (H) = 5,5
Ø Kekenyalan (Tenacity)
Kekenyalan merupakan sifat dalam dari suatu mineral yang
merupakan daya tahan mineral terhadap usaha pemecahan, pemotongan, dan
lengkungan atau sobekan pendek.
Kekenyalan mineral dapat dibedakan menjadi :
1. Brittle : Mineral dapat hancur atau menjadi seperti tepung
Contoh :
- Arsenit (AS)
- Bismut (Bi)
2.
Sectil : Mineral dapat dipotong menjadi lembaran
tipi dengan mempergunakan pisau lipat.
Contoh :
-
Argentite (Ag2S)
-
Chalcocite (Cu2S)
-
Bismuth (Bi)
3.
Malleable :
Mineral dapat ditempa menjadi lembaran atau lempengan tipis.
Contoh :
-
Gold (Au)
-
Silver (Ag)
-
Copper (Cu)
-
Platinium (Pt)
4.
Flexible : Mineral dapat dibengkokan/dilengkungkan,
tetapi bila gaya yang bekerja pada mineral tersebut sudah tidak ada, mineral
tersebut tidak dapat kembali pada keadaan semula (seperti sebelum
dibengkokkan).
Contoh :
-
Brucite Mg(OH)2
-
Chlorite Mg3(Si4O10)(OH)2Mg3(OH)
6
-
Talk Mg3(OH)2Si4O10
5.
Elastic :
Mineral bila dibengkokkan dapat kembali pada keadaan semula bila gaya yang
bekerja sudah tidak ada lagi
Contoh:
-
Muscovit KAL2(ALSi3O10)(OH)2
-
Biotit K(Mg,Fe)3ALSi3O1O(OH)2
6.
Ductil :
Mineral dapat digores dengan kawat.
Contoh :
-
Gold (Au)
-
Silver (Ag)
-
Copper (Cu)
Ø Diapanaety
Diapanaety adalah
merupakan sifat yang dimiliki oleh beberapa mineral yaitu kemampuan suatu
mineral untuk memindahkan cahaya.
Diapanaety dapat dikelompokkan menjadi:
1. Transparan; apabila suatu mineral diletakkan
benda di bawahnya, maka benda tersebut dapat dilihat dengan jelas.
Contoh: - Kuarsa
-
Muskovit.
2. Translucent; Suatu mineral dapat memindahkan
cahaya, tetapi benda yang berada di bawahnya tidak dapat dilihat dengan jelas.
Contoh: Gypsun, Sulfur, Fluorite.
3. Opaque; adalah sifat suatu mineral yang tidak
dapat memindahkan cahaya.
Contoh: - Hemetite
- Magnetite
Ø Berat Jenis (Density)
Berat jenis mineral adalah perbandingan antara bobot
mineral dengan bobot air dengan volume yang sama. Jika mempunyai berat tiga
kali berat air dan volume sama, maka mineral itu memiliki berat jenis tiga.
Kegunaan mengetahui berat jenis mineral untuk keperluan
dideterminasi dapat diambilkan contoh di dalam praktik sebagai berikut; dua
buah mineral Celestit dan Barit, keduanya mempunyai warna, kilap, cerat, sifat
dalam boleh dikatakan sama. Perbedaan terletak pada berat jenisnya yaitu celestit
3,95 dan Barit 4,50. Pada contoh ini dapat kita diketahui betapa penting berat
jenis untuk diketahui, karena dengan meninjau sifat fisik tersebut kita sudah
dapat menduga bahwa dua mineral itu tidak sama.
Ø Sifat-Sifat
Magnet
Hanya beberapa mineral
saja yang bersifat ferromagnetis. Diantaranya yang paling umum adalah magnetite
(Fe3O), Phyrotite dan polymorph dari Fe2O3 magnetite.
Kadang-kadang Phyrotite dan Magnetite malah dapat berbentuk sebagai Lodstone
dan Lodstone ini banyak dipergunakan pada permulaan jaman kompas dikenal
manusia.
Sebenarnya semua mineral
mempunyai sifat magnetis, meskipun untuk menunjukkan dibutuhkan suatu alat yang
khusus. Mineral yang bersifat sedikit tertarik oleh magnet dikatakan sebagai
paramagnetis, Semua mineral mengandung besi bersifat paramagnetis, tetapi juga
mineral-mineral yang tidak mengandung besi, seperti beryl, dapat juga bersifat
paramagnetis.
Sifat-sifat magnetis dari
mineral telah dipergunakan di dalam penyelidikan-penyelidikan geofisis
mempergunakan sebuah magnetometer, sebuah alat yang dapat mengukur segala
perubahan dari medan magnet bumi yang kemudian kita menyatakan dalam peta.
Penyelidikan magnetis ini sangat berguna untuk menentukan suatu cebakan bijih,
juga untuk mengetahui perubahan-perubahan jenis batuan, dan untuk mengikuti
formasi-formasi batuan yang mempunyai sifat magnetis tertentu. Penyelidikan
magnetis ini banyak manfaatnya karena penyelidikan ini dapat juga dilakukan
secara cepat dan mudah denga mempergunakan sebuah pesawat udara.
Ø Sifat
Listrik
Dengan memperhatikan sifat listriknya, mineral dapat
dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
1.
Bersifat
menghantar (conductor)
2.
Tidak
bersifat menghantar (Non conductor)
Mineral-mineral yang bersifat menghantar dengan tipe
ikatan logam, termasuk logam murni dan beberapa dari golongan sulfide,
jumlahnya sangat sedikit bila dibandingkan dengan mineral yang bersifat tidak
menghantar.
Contoh :
Daya hantar hematit (Fe2O3) dua kali lebih besar pada
kedudukan tegak lurus sumbuh C dari pada kedudukan sejajar sumbuh C.
Mineral-mineral yang tidak
menghantar, kemungkinan dapat bermuatan listrik disebabkan oleh perubahan
temperature yang dikenal dengan Byroelectricity, dapat pula bermuatan listrik
karena penekanan, disebut Byezoelectricity juga dapat bermuatan listrik
disebabkan oleh penggosokan (frictional electricity).
Ø Sifat
Radioaktif
Sifat radio aktif dari mineral berhubungan erat
dengan adanya uranium dan thorium (beberapa unsur, seperti potassium dan
rubidium, juga mempunyai sifat radioaktif yang lemah, hanya dapat dideteksi
dengan alat yang cukup peka). Atom uranium dan thorium merupakan disintegrasi
secara sepontan dengan kecepatan tetap yang tidak dipengaruhi oleh temperatur
dan tekanan.
Ø Sifat-Sifat
Fisik Yang Lain
1. Rasa
Mineral-mineral yang dapat larut dalam air atau air liar
dapat memberikan rasa yang khas bagi mineral-mineral yang bersangkutan :
a. Asin seperti pada halite
(NaCl).
b. Pahit seperti pada epsonite (MgSO4.
7H2O)
c. Dingin seperti pada
chilisalpeter/tawas (KAl3(OH)6(SO4)2
2. Bau
Kebanyakan mineral dalam keadaan kering atau baru/segar
tidak memberikan bau, tetapi pada beberapa mineral akan memberikan bau
khususnya kalau mineral tersebut digosok, dibasahi, direaksikan dengan asam dan
lain-lain, seperti :
a. Bau bawang putih, seperti pada
minera-mineral As
b. Berbau lobak, seperti pada
mineral-mineral Se
c. Berbau belerang, pada mineral
belerang (S)
d. Berbau arang, seperti pada
batubara dan aspal dll.
3. Rabaan
Jenis-jenis rabaan yang umum dikenal adalah sebagai
berikut:
a.
Rabaan
seperti lemak, umpama mineral tale
b.
Rabaan
kasar, seperti pada kapur.
c.
Rabaan
licin, seperti pada sepioli.
d. Melekat kalau diraba, seperti
pada mineral kaolin, tanah diatomie (diatomit)
Beberapa
Mineral Yang Umum Dijumpai
1. Gipsum
Berwarna jernih (tak berwarna)
sampai kuning pucat, kilap vitreus, belahan satu arah, umumnya punya pecahan
tidak rata dan tajam-tajam, mudah dibelah-belah tipis, kekerasan dua, berat
jenis=2,3. Rumus kimia CaSO42H2O
2. Belerang
Belerang mempunya rumus kimia S;
berwarna kuning belerang, kilap vitreus hingga buram, belahan tidak ada,
pecahan konkoidal, hingga tidak rata, kekerasan 1,5-2,5 dan berat jenis 2,1,
cerat putih hingga putih kekuningan.
3. Limonit
Berwarna merah hingga merah
kecoklatan, belahan tidak ada, pecahan konkoidal kadang-kadang tajam-tajam,
cerat merah cokelat (sama dengan warna mineral), kekerasan 1-3, berat jenis
5-5,5. Rumus kimia Fe2O3H2O.
4. Muskovit
Rumus kimia KAl(AlSi3O10)(OH)2.
Berwarna cokelat atau tidak berwarna/jernih, kilap vireus, sutera, mutiara,
belahan satu arah, pecahan tidak rata, merupakan lembaran-lembaran tipis,
fleksibel, ceratnya putih, kekerasan dua, berat jenis 2,6.
5. Plogopit
Berwarnna cokelat hingga
kekuningan, kilap vitreus hingga mutiara, cerat putih, BJ=2,8-3, rumus kimia KMg3(AlSi3O10)(OH)2.
6. Garnierite
Rumus kimia (Ni,Mg)6(OH)6Si4O11H2O,
berwarna hijau, belahan tidak jelas, pecahan tidak rata hingga konkoidal,
kekerasan 2-3, berat jenis 2,3-2,8, cerat puth kehijauan.
7. Kalsit
Rumus kimia CaCO3,
warna beraneka ragam : hijau jernih, kebiruan, tidak berwarna, putih suram,
belahan tiga arah, pecahan tidak rata, cerat putih, kekerasan=3, berat jenis
2,7.
8. Lepidolite
Lepidolite (Mika), rumus kimia
K(Li,Al)(AlSi3O10)(O,OH,F)2 berwarna kuning
abu-abu, kilap mutiara, belahan satu arah, pecahan tidak rata, kekerasan =
2,5-4, berat jenis = 2,8-2,9.
9. Opal
Rumus kimia SiO2nH2O,
berwarna puth, tidak berwarna, kilap lemak, belahan tidak ada, pecahan
konkoidal, kekerasan=5-6,5. Berat jenis 1,9-2,2.
10. Piroksin
Piroksin (augit) rumus kimia
Ca(Mg, Fe, Al)(Al, Si)2O6 berwarna hijau hingga hitam,
kilap vitreus, belahan dua arah, pecahan tidak rata hingga konkoidal, kekerasan
5-6, berat jenis 3,2-3,5.
11. Hornblende
Ca2Na(MgFe2)4(Al,
Fe, Ti)Si6O22(O, OH)2, warna hijau hingga
hitam, kilap vitreus, belahan dua arah, pecahan konkoidal-tidak rata, kekerasan
5,5-6, BJ = 2,8-3,2.
12. Kwarsa
Rumus kimia SiO2,
pada umumnya tidak berwarna (bening), sering beraneka ragam warnanya akibat
pengaruh pengotoran, kilap vitreus, pecahan konkoidal, berat jenis = 2,6.
13. Ortoklas
Rumus kimia KAlSi3O8,
tidak berwarna atau keputihan hingga merah bata/merah daging, kilap vitreus,
belahan dua arah sempurna menyudut 90o, pecahan tidak rata,
kekerasan=6, BJ=2,57.
14. Oligoklas
Rumus kimia (AlSi3O8)(CaAl2Si2O8)
, umumnya berwarna merah bata, kilap vitreus, belahan dua arah sempurna,
pecahan tidak rata, kekerasan=6, berat jenis=2,6-2,7.
15. Olivin
Rumus kimia (Mg, Fe)2SiO4,
berwarna hijau botol-kekuningan, kilap vitreus, pecahan konkoidal, kekerasan
6,5-7, berat jenis = 3,3-3,4.
B.
BATUAN
Batuan adalah campuran dari satu atau lebih
mineral yang berbeda, tidak mempunyai komposisi kimia tetap.
Secara umum batuan dibedakan atas 3 bagian yaitu
batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.
1.
Batuan beku
Batuan beku adalah batuan
penyusun kerak bumi yang terbentuk dari hasil pembekuan magma/lava atau hasil
kristalisasi dari mineral dan sering
disebut batuan primer.
Magma adalah cairan atau
larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah bersifat mudah
bergerak (mibile), bersuhu antara 900oC-1100oC
dan berasal atau berbentuk pada kerak bumi bagian bawah hingga selubung bumi
bagian atas. Batuan beku yang dapat dibedakan berdasarkan :
Ø Tekstur
Ø Komposisi mineral
Ø Struktur
a.
Tekstur Batuan Beku
Tekstur adalah sifat dan hubungan antar butir
mineral yang satu dengan yang lain dalam pembentuk batuan beku yang berhubungan
dengan ukuran, bentuk dan susunan dari mineral pembetuknya.
Dalam batuan beku ukuran butir
mineral menurut HEINRICH, 1956 dapat dibagi dalam 4 kelompok yakni :
Ø Berbutir halus (fine grane) < 1 mm
Ø Berbutir sedang (medium grane) 1 mm – 10 mm
Ø Berbutir kasar (coarse graine) 1 cm – 3 cm
Ø Berbutir sangat kasar (very coarse graine) >
3 cm
Berdasarkan ukuran butirnya, tekstur batuan beku
dapat dibagi atas:
Ø Tekstur fanerik (berbutir kasar), apabila
kristal-kristal mineral penyusunnya tampak jelas dan dapat dibedakan dengan
mata biasa, tanpa menggunakan mikroskop.
Ø Tekstur afanitik (berbutir halus), apabila
butiran kristal-kristal mineral penyusunnya sangat halus sehingga tidak dapat
dibedakan dengan mata biasa sehingga hanya dapat diliihat dengan menggunakan
mikroskop.
Ø Tekstur porfiritik, apabila kristal-kristal
mineral penyusunnya merupakan percampuran antara mineral berbutir kasar dan
halus.
b.
Struktur Batuan Beku
Yang
dimaksud dengan struktur batuan beku adalah kenampakan umum atau bentuk dari
susunan batuan beku yang meliputi :
Ø Struktur massive (kompak) adalah susunan
mineral-mineral yang tersusun secara kompak dalam suatu batuan beku, tidak
menunjukkan adanya pori-pori.
Ø Struktur vesikuler dan amygdaloidal yaitu
struktur yang memperlihatkan adanya lubang-lubang akibat pelepasan
gelembung-gelembung gas dari magma.
c.
Komposisi mineral, yakni mineral-mineral yang membentuk batuan beku
dan ditentukan oleh komposisi magma yang membentuknya. Mineral penyusun batuan
beku berdasarkan peranannya dapat dikelompokkan atas:
ü Mineral utama adalah mineral-mineral penyusun utama batuan beku sehingga
dapat menentukan tipe batuan dan merupakan mineral yang dominan untuk batuan
tgersebut. Yang termasuk mineral utama adalah kuarsa, feldspar, piroksin,
hornblende, biotit (mika hitam), muskovit (mika putih) dan olivin.
ü Mineral pelengkap adalah mineral yang terdapat cukup banyak dalam suatu
batuan, tetapi tidak selalu seperti halnya mineral utama. Mineral pelengkap ini
dapat pula berupa mineral sekunder yaitu mineral yang terbentuk dari hasil
pelapukan atau proses metamorfisme atau sirkulasi batuan.
ü Mineral tambahan merupakan mineral yang terdapat dalam suatu batuan yang
jumlahnya tidak begitu banyak, kira-kira lebih kecil dari 5%, dari volume
batuan seperti apatit, magnetit, zirkon dll.
Susunan atau urutan
kristalisasi magma dikenal dengan nama Bowen’s Reaction Series. Seri bagian
kiri disebut discontinous reaction series karena tiap mineral yang
terbentuk mempunyai struktur kristal yang berbeda. Pada seri bagian kanan,
reaksi berlangsung terus menerus sehingga disebut continous reaction series.
REACTION BOWEN SERIES
SEMAKIN
RENDAH
|
Discontinuous Temperatur Continuos
Olivin Anortit
1100°c
Piroksen(Augit) Bitownit 900°c
Amphibol (Hornblende) Labradorit
Biotit Oligoklas
Albit 750°c
Feldspar Potas (Ortoklas)
Muskovit
Kuarsa 600°c
d.
Klasifikasi Batuan Beku
Batuan beku dapat dikelompokan menjadi menjadi
tiga yakni :
1.
Batuan beku
dalam (plutonic rock), yaitu batuan beku yang terbentuk dari kristalisasi magma
yang terjadi pada tempat yang dalam dengan pembekuan lambat dan tekanan besar.
Tekstur batuan plutonik fanerik (butir mineral kasar) dapat diamati dengan mata
telanjang dan warna batuan tergantung pada banyaknya kandungan mineral yang
ada, jika berwarna terang disebut sebagai leucocratic dan apabila berwarna
gelap disebut sebagai melanocratic.
Contoh batuan beku dalam:
granit, granodiorit, diorit, sianit, monsonit, dunit, gabro, diabas, dan
peridotit,
2.
Batuan beku
korok / gang (hypabysal rock)
Batuan beku korok adalah
batuan yang terbentuk di antara batuan plutonik dan batuan vulkanik. Tekstur
batuan beku korok adalah porfiritik, kristal mineral pembentuknya sebagian
dapat dilihat langsung dengan mata telanjang dan sebagian hanya dapat diamati
bila menggunakan mikroskop. Contoh batuannya: granit pofiri, sianit pofiri,
monsonit porfiri, diorit porfiri dan gabro porfiri.
3.
Batuan
vulkanik / extrusive / batuan beku luar
Batuan beku vulkanik, yaitu
batuan beku yang terbentuk dari kristalisasi magma yang terjadi di permukaan
dengan pembekuan cepat. Tekstur afanitik, mineral penyusunnya tidak dapat
dibedakan dengan mata telanjang. Contoh batuannya riolit, trakit, fonolit,
latit, dasit, andesit, basal, obsidian, batu apung (pumice), dan pegmatit.
Gambar : Macam - macam Batuan Beku |
BATUAN BEKU YANG UMUM DIJUMPAI
EKSTRUSIF
INTRUSIF
|
RIOLIT
GRANIT
|
ANDESIT
DIORIT
|
BASALT
GABRO
|
PERIDOTIT
|
KOMPOSISI:
1. Silika
2. Al-Oksida
3. Fe-Oksida
4. Mg-Oksida
5. Lainnya
|
72%
14%
3%
1%
10%
|
59%
17%
8%
3%
13%
|
50%
16%
11%
7%
16%
|
45%
4%
12%
31%
8%
|
MINERAL
UTAMA
|
- Kuarsa
-Feldspar
|
- Amfibol
- Plagioklas
|
- Ca-felspar (plagioklas)
- Piroksin
|
- Olivin
- Piroksin
|
MINERAL TAMBAHAN
|
- Muskovit
- Biotit
- Amfibol
|
- Piroksin
|
- Olivin
- Amfibol
|
-Plagioklas
|
WARNA
|
Terang
|
Abu-abu terang atau
Hijau terang
|
Abu-abu gelap sampai hitam
|
Hijau gelap sampai hitam
|
2.
BATUAN SEDIMEN
Batuaan sedimen adalah batuan yang terbentuk
dari hasil proses sedimentasi/pengendapan , baik secara mekanik maupun secara
kimia dan organik.
Batuan sedimen diklasifikasi atas:
A.
Batuan sedimen
detrital/klastik
Batuan sedimen detrital adalah
batuan sedimen yang berasal dari hasil transportasi padat yang berasal dari
pelapukan, tersusun dari berbagai mineral dan partikel batuan dan hasil
rombakan.
Tekstur batuan sedimen klastik
dipengaruhi oleh ukuran butir, bentuk butir dan susunan butir/komposisi.
Klasifikasi Batuan Sedimen
Klastik
(Menurut skala wenwort)
Diameter (mm)
|
Partikel/fragmen
|
Material lepas
|
Material tersemen
|
> 256
64 – 256
4 – 64
2 - 4
|
Boulder/bongkah
Couble
Pebble
Granule
|
Boulder gravel
Couble gravel
Pebble gravel
Granule gravel
|
Konglomerat
Granule konglomerat
|
1 – 2
0,5 – 1
0,25 – 0,5
0,125 – 0,25
0,0625 – 0,125
|
Butir pasir sangat kasar
Butir pasir kasar
Butir pasir sedang
Butir pasir halus
Butir pasir sangat halus
|
Pasir sangat kasar
Pasir kasar
Pasir sedang
Pasir halus
Pasir sangat halus
|
Butir pasir sangat kasar
Butir pasir kasar
Butir pasir sedang
Butir pasir halus
Butir pasir sangat halus
|
0,004 – 0,0625
> 0,004
|
Partikel lanau
Partikel lempung
|
Lanau (silt)
Lempung (clay)
|
Batu lanau
Batu lempung
|
Catatan :
Untuk partikel berukuran antara 2 – 256 mm yang
runcing membentuk batuan breksi dan
apabila bulat membentuk konglomerat.
Komposisi dari batuan sedimen
terdiri atas :
-
Fragmen,
yakni merupakan komponen-komponen besar dalam batuan,
-
Matriks,
yaitu merupakan komponen yang lebih halus dan sebagai penyusun utama batuan
sedimen (massa dasar),
-
Semen, yaitu
merupakan hasil dari larutan kimia yang sering mengalami kristalisasi, antara
lain karbonat (kalsit), silika (kuarsa), dan oksida besi.
Beberapa batuan sedimen
klastik yang umum dijumpai di lapangan, antara lain :
1)
Konglomerat
: terbentuk dari hasil konsilidasi pada material kerikil-kerikil bundar atau
kerakal yang direkat oleh semen antara lain silika, oksida besi atau kalsium
karbonat.
2)
Breksi :
tersusun dari fragmen-fragmen runcing dari batu yang disemen oleh beberapa
material yang lebih halus.
3)
Batu pasir :
terbentuk dari konsilidasi butir-butir pasir dengan disemen oleh material yang
sama biasanya adalah salah satu diantaranya yaitu silika, oksida besi dan
karbonat.
4)
Serpih :
adalah lempung yang kompak, memiliki struktur perlapisan yang tipis (mudah
terbelah) dan disusun oleh terutama mineral kuarsa dan lainnya yang berukuran
lempung.
5)
Batupasir :
banyak mengandung butiran pasir dari mineral kuarsa, feldspar dan kalsit. Batupasir
terdiri dari batupasir murni dan batupasir campuran dengan lanau dan lempung.
6)
Batulanau :
batuan sedimen yang berukuran halus, mengandung mineral-mineral kuarsa,
feldspar dan lain-lain.
7)
Batu sedimen
pyroklastik berupa : breksi vulkanik, aglomerat, tufa lapili, dan tufa.
8)
Batu sedimen
tektonik berupa :
-
Breksi sesar
: terjadi akibat pengerusan pada waktu terjadi patahan (sesar), dimana
fragmen-fragmen, matriks dan semen berasal dari batuan yang tersesarkan.
-
Breksi
perlipatan : terbentuk oleh adanya penggeseran antara lappisan batuan.
-
Breksi
collapse : terbentuk akibat adanya reruntuhan di dalam kerak bumi.
B.
Batuan sedimen non klastik
Batuan sedimen non klastik adalah batuan sedimen
yang berasal dari pembentukan secara kimia dan secara organik atau kristalisasi
larutan kimia misalnya kalsium, potasium dan magnesium.
Batuan sedimen kimia dan
organik terdiri dari:
1)
Batugamping :
penyusun utamanya adalah kalsium karbonat (CaCO3) atau kalsit.
2)
Dolostone :
tersusun dari mineral dolomit yang mengandung unsure Fe/Mg dan rumus kimia.
3)
Batu rijang
(chert) : batuan silika berbutir halus tersusun oleh tumbuhan/cangkang radiolarian.
4)
Batu garam :
tersusun dari mineral-mineral halit yang terbentuk dari hasil penguapan air
danau yang asin (laut mati).
5)
Batubara :
terbentuk oleh akumulasi sisa-sisa tumbuhan dalam bentuk gambut(peat), lignit,
bituminous dan antrasit.
6)
Yasper :
semacam rijang merah yang mengandung mineral hematite, dapat pula terjadi
karena proses hidrotermal.
7)
Travertin :
tersusun oleh komponen kalsium karbonat yang sulit larut dalam air murni,
semacam batugamping yang terbentuk dari hasil pelarutan air yang mengandung CO2, dimana unsure-unsur gamping tersebut
terendapkan kembali. Contohnya : stalaktit dan stalakmit.
8)
Batu
evaporit, contohnya : Gypsum, anhydrite, dan batu garam (Na Cl).
Gambar : Macam -macam Batuan Sedimen |
3.
Batuan metamorf
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk
karena adanya proses metamorfisme, yaitu perubahan batuan yang sudah ada
menjadi batuan metamorf karena perubahan tekanan dan temperature yang besar
serta aktivitas larutan kimia
Struktur batuan metamorf, terdiri dari :
·
Struktur
foliasi adalah suatu kenampakan dari batuan yang pecah-pecah menurut bidang
yang sejajar dengan permukaan mineral, akibat perbedaan sifat dari mineral itu
sendiri.
·
Struktur
unfoliasi adalah struktur yang tidak memperlihatkan adanya mneral pipih tetapi
mineral butiran.
·
Struktur
kataklastik adalah struktur yang terbentuk karena adanya gaya kinetik/dinamik.
Tekstur batuan metamorf
terdiri dari :
·
Kristaloblastik
: tekstur yang memperlihatkan adanya perubahan bentuk/komposisi mineral
sehingga tekstur asal tidak terlihat lagi.
·
Palimset/sisa/relik
: tekstur asli batuan asal masih kelihatan.
Gambar : Macam-macam Batuan Metamorf |
Macam-macam batuan mertamorf :
1)
Marmer :
hasil metamorfisme dari batuan sedimen karbonat seperti batugamping dan
dolostone (batudolomit), penyusun utamanya berupa butir-butir mineral kalsit
yang saling mengisi (interlocking).
2)
Geneis :
berbutir kasar, struktur folisi, mengandung lensa-lensa kecil dari mineral
butiran, seperti kuarsa, feldspar, dan hornblende.
3)
Skis :
struktur folisi, tersusun dari mineral-mineral yang berlembar-lembar seperti
mika, klorit, talk, dan hornblende, kebanyakan susunannya sejajar. Skis terdiri
dari : skis klorit, skis hornblende, dan skis talk.
4)
Batu sabak :
berbutir halus dan mudah terbelah, struktur folisi, sehingga dapat dijadikan
lembaran-lembaran tipis. Komposisi utamanya terdiri dari klorit, serisit dan
kuarsa.
Filit : berbutir halus, struktur
foliasi terbentuk dari pemanasan dengan tegangan selama metamorfisme dan banyak
mengandung mika,chlorit, kuarsa, magnetit dan zircon
0 komentar:
Post a Comment