KUNCI SURGA ADALAH TAUHID
Mengenal
hakikat tauhid sangatlah penting bagi setiap muslim. Karena tauhid adalah
perkara yang sangat urgen dalam kehidupan kita. Imam Ibnu Qayyim rahimahullah
berkata yang artinya:
“Kebutuhan
hamba untuk beribadah kepada Allah yang tidak ada sekutu bagiNya, melebihi
kebutuhan jasad kepada ruh, dan melebihi kebutuhan mata kepada cahaya.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus para rasul
tidak lain adalah untuk menyampaikan tauhid. Allah juga menciptakan manusia dan
jin tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah semata.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya:
“Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu.” (QS Adz-Dzariyat [51]: 56)
Karena tauhid merupakan
tujuan dari penciptaan manusia, maka setiap manusia wajib mempelajari dan
mengetahui hakikat tauhid. Hal itu agar mereka selamat di dalam dunia dan
di akhirat. Dan tidak salah sama sekali jika dikatakan bahwa tauhid itu pintu
surga, yaitu syarat bagi kita untuk masuk ke dalam surga.
Ada hadits yang semakna dengan hadits di
atas. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa ada seorang Arab
Badui berkata, “Wahai Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam! tunjukkanlah
aku amalan yang jika aku kerjakan maka aku akan masuk surga.” Beliau menjawab,
تَعْبُدُ اللهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا ، وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ الْـمَكْتُوْبَةَ ، وَتُؤَدِّي الزَّكَاةَ الْـمَفْرُوْضَةَ، وَتَصُوْمُ رَمَضَانَ
Artinya:
“Engkau beribadah
kepada Allah Azza wa Jalla dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu, mengerjakan
shalat fardhu, membayar zakat yang wajib, dan berpuasa Ramadhan.”
Orang itu berkata, “Demi (Allah Azza wa Jalla ) yang
mengutus engkau dengan kebenaran, aku tidak akan menambahnya sedikit pun
selamanya dan tidak akan menguranginya. Ketika ia telah pergi, Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang senang melihat kepada seseorang dari
penghuni surga, maka hendaklah ia melihat orang ini.”
Imam
Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, “Barang siapa yang mengucapkan kalimat
laa ilaaha illallaah disertai dengan menunaikan hak dan kewajiban (dari kalimat
tauhid tersebut), niscaya dia masuk surga.” ( Al-Hujjah Fii Bayaanil Mahajjah
11 / 152 ).
Kalimat laa ilaaha illallaah merupakan
kalimat paling agung yang menunjukkan bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang
berhak diibadahi dengan benar selain Allah. Seorang muslim yang mengucapakan
lafadz tersebut dengan lisannya, penuh keyakinan dalam hatinya, ikhlas,
memahami maknanya dan melaksanankan tuntutannya, maka ia akan masuk surga.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إٍلَهَ اٍلاَّ اللهُ مُخْلِصًا مِنْ قَلْبِهِ دَخَلَ الْجَنَّة
Artinya:
“Barangsiapa yang bersaksi bahwa tidak ada
ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah dengan ikhlas dari
hatinya, maka ia (dijamin) masuk surga.”
(HR.
Ibnu Hibban no. 4 dan 7, Mawaariduzh Zham’an)
Syarat-syarat
Laa Ilaaha Illallah ada 7, yaitu:
1)
Mengetahui maknanya (al-‘Ilmu).
2)
Yakin dan tidak ragu akan kandungan
maknanya (al-Yaqiin).
3) Menerima konsekuensi dari ucapan Laa Ilaaha
Ilallaah dengan lisan dan hatinya serta tidak menolaknya (al-Qobuul).
4) Tunduk terhadap perintah dan larangan yang
terkandung dalam Laa Ilaaha Illallah dan berserah diri kepada Allah (al-Inqiyaad).
5) Jujur dalam mengucapkan Laa Ilaaha
Illallaah (as-Shidq). Sesuai antara
apa yang diucapkan dengan yang diyakini
dalam hati serta menjalankan konsekuensinya.
6)
Ikhlas dalam mengucapkannya karena Allah (al-Ikhlash).
7) Cinta terhadap kandungan yang terdapat
dalam Laa Ilaaha Illallah (al-Mahabbah).
Syaikh Abdurrazaq Al Badr hafidzahullah :
فالتوحيد مفتاح الجنة، ومن لم يأت بهذا المفتاح الذي هو التوحيد لا يدخل الجنة
Artinya:
“Tauhid
adalah kunci surga. Barang siapa yang tidak membawa kunci tauhid ini maka tidak
bisa masuk surga.” (Kaifa Takuunu
Miftaahan lil Khair, hal. 14)
v Tidak Hanya Sekedar
di Lisan
Ketahuilah bahwa Laa ilaaha illallah adalah kalimat yang
memiliki keutamaan yang sangat besar. Tetapi, keutamaannya tidak akan kita
dapatkan semata-mata hanya dengan mengucapkannya saja.
Syaikh
Muhammad bin Ibrahim Al Hamd mengatakan: “Siapa yang mengucapkan kalimat ini
dan ia mengetahui maknanya, mengamalkan kandungannya dengan meninggalkan
kesyirikan dan menetapkan keesaan bagi Allah, disertai dengan keyakinan pasti
terhadap kandungan maknanya serta mengamalkannya, maka dialah muslim sejati.
Dan siapa yang mengamalkannya tetapi tidak meyakini (maknanya), maka dialah
orang munafiq. Dan siapa yang berbuat sesuatu yang bertentangan dengan
kandungan maknanya, yaitu syirik, maka dia adalah musyrik kafir meskipun dia
mengucapkan kalimat tersebut dengan lisannya” (Lihat Rasaa-il fil Aqidah karya beliau).
Kesimpulannya, Laa ilaaha illallah adalah
sebuah kalimat yang agung, dan harus terkumpul padanya 3 hal: mengucapkannya,
mengetahui maknanya, dan mengamalkan konsekuensinya. (Lihat I’anatul Mustafid karya Syaikh Shalih
Al Fauzan).
v Mengenal Lebih
Dekat
Setiap
hari kita mengucapkan kalimat tersebut di dalam shalat-shalat dan dzikir-dzikir
kita. Senantiasa kita membasahi lisan kita dengan kalimat Laa ilaaha
illallah. Namun, tahukah kita
makna dan kandungan kalimat yang agung tersebut? Ternyata sebagian kaum
muslimin masih ada yang salah dalam memaknai kalimat tersebut dengan benar.
Bukankah kita sering menjumpai seseorang yang mengartikan Laa ilaaha
illallah dengan “Tidak ada Tuhan selain Allah”?
Yang
benar, Laa ilaaha illallah bermakna “Tidak ada Tuhan yang berhak
disembah selain Allah”. Yakni tidak ada sesembahan yang berhak untuk diibadahi
dengan segala bentuk ibadah selain Allah Ta’ala. Dan segala sesuatu
yang disembah selain Allah, maka itu adalah sesembahan yang paling bathil dan
paling sesat. (Lihat At Tanbihaat Al Mukhtasharah karya Ibrahim bin
Syaikh Shalih Al Khuraishi).
Allah Ta’ala berfirman, “yang
demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq dan
sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil” (QS. Al Hajj : 62)
v Kandungan dan
Konsekuensinya
Setelah mengetahui makna yang benar dari kalimat tauhid Laa
ilaaha illallah, maka kita akan mengetahui bahwa Laa ilaaha
illallah memiliki dua unsur penyusun. Jika salah satunya hilang, maka
itu bukanlah Laa ilaaha illallah. Ketahuilah bahwa dua unsur penyusun
kalimat Laa ilaaha illallah adalah an nafyu (peniadaan)
dalam kalimat “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah” dan al itsbat (penetapan)
dalam kalimat “selain Allah”. An nafyu yaitu meniadakan seluruh jenis
sesembahan selain Allah apapun bentuknya. Al itsbat yaitu menetapkan
hanya Allah semata yang berhak untuk disembah. Inilah tauhid yang didakwahkan
oleh para rasul dan yang diajarkan oleh Al Qur’an dari awal hingga akhirnya. (Lihat Fathul Majid karya Syaikh
Abdurrahman bin Hasan).
v Lebih Pintar Orang
Musyrik Zaman Dulu
Tahukah bahwa kaum musyrikin zaman dulu mengetahui
makna Laa ilaaha illallah dengan benar? Oleh karena itu, ketika Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata kepada orang kafir Quraisy: “Katakanlah: Laa
ilaaha illallah!”. Mereka menjawab: “Mengapa ia menjadikan Tuhan-Tuhan itu
Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat
mengherankan” (QS. Shad : 5). (Lihat Taisirul
Azizil Hamid)
Allah juga berfirman tentang mereka, “Sesungguhnya
mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallah”, mereka
menyombongkan diri. Dan mereka berkata: “Apakah sungguh kami harus meninggalkan
sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?” (QS. Ash Shaffat : 32-33)
v Inilah Keutamaannya
Orang
yang mengucapkan Laa ilaaha illallah, mengetahui maknanya, dan mengamalkan
konsekuensinya, akan mendapatkan balasan yang sangat luar biasa dari Allah
Ta’ala. Berikut ini adalah sebagian keutamaan Laa ilaaha illallah :
1) Pasti masuk
surga.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Barangsiapa yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah
kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bersaksi bahwa Muhammad adalah
hamba dan utusan-Nya, bersaksi bahwa Isa adalah hamba Allah dan utusan-Nya, dan
kalimat yang Dia berikan kepada Maryam, dan ruh dari-Nya, dan bersaksi bahwa
surga dan neraka itu benar adanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga
bagaimanapun amalannya” (HR. Bukhari dan
Muslim)
2) Orang yang
mengucapkannya dengan ikhlash akan diharamkan dari neraka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan bagi neraka, orang yang mengucapkan
Laa ilaaha illallah dalam rangka mencari wajah Allah” (HR. Bukhari dan Muslim)
3) Orang yang
mengucapkannya dengan ikhlash berhak mendapatkan syafa’at Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Abu Hurairah bertanya kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Siapakah orang yang paling berbahagia dengan
syafa’atmu?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,“Orang yang
mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan ikhlash dari hatinya” (HR. Bukhari secara ringkas)
4) Darah dan
Hartanya Terjaga.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Siapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallah, dan kufur terhadap
segala yang diibadahi selain Allah, maka darah dan hartanya menjadi haram
(yakni terjaga-pen). Sedangkan perhitungannya diserahkan kepada Allah ‘Azza wa
Jalla” (HR. Muslim)
v Syarat Mendapatkan
Keutamaannya
Sebuah
kunci akan bisa membuka pintu jika memiliki gerigi yang pas. Laa ilaaha
illallah adalah kunci surga, sedangkan geriginya ada tujuh, yakni tujuh
syarat yang harus dipenuhi semuanya agar Laa ilaaha illallah bermanfaat
bagi orang yang mengucapkannya. Ketujuh syarat tersebut adalah sebagai berikut
:
1.
Mengetahui makna
yang benar beserta konsekuensi dari Laa ilaaha illallah, yaitu
tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata, meniadakan
segala sesembahan selain Allah, dan menetapkan hanya Allah-lah yang berhak
disembah.
2. Betul-betul meyakini makna kalimat tersebut,
bahwa hanya Allah-lah satu-satu-Nya Tuhan yang berhak disembah dan yang
selain-Nya adalah bathil.
3. Ikhlash mengucapkannya, hanya mengharap wajah
Allah semata.
4. Jujur dari hati yang terdalam mengucapkannya
sehingga ucapannya sesuai dengan hatinya. Jika mengucapkannya dengan lisannya
tetapi hatinya mengingkarinya, maka ia munafiq yang Allah kabarkan orang
munafiq ada di dasar neraka. Wal ‘iyaadzu billah
5. Mencintai kalimat tersebut beserta
kandungannya, mencintai orang-orang yang merealisasikan Laa ilaaha
illallah dengan benar, serta membenci segala yang bertentangan dengan
kandungan Laa ilaaha illallah.
6. Tunduk patuh menjalankan semua
konsekuensi Laa ilaaha illallah, menjalankan apa yang Allah
dan Rasul-Nya perintahkan dan meninggalkan segala apa yang Allah dan Rasul-Nya
larang.
7. Menerima Laa ilaaha illallah beserta
konsekuensinya dengan hati dan lisan. (Disarikan dari AtÂ
Tanbihaat Al Mukhtasharah dengan perubahan)
Maka kaum muslimin yang dirahmati Allah, buah dari Laa
ilaaha illallah akan kita rasakan jika kita mengucapkannya, mengetahui
maknanya, mengamalkan kandungannya, dan memenuhi ketujuh syarat di atas. Laa
ilaaha illallah dengan benar dan mendapat seruan indah: “Hai jiwa yang
tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka
masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam surga-Ku” (QS.
Al Fajr : 27-30). Wallahu a’lam.
Referensi:
https://muslimah.or.id/
https://buletin.muslim.or.id
https://indonesiabertauhid.com/
http://www.darussalaf.or.id/
https://almanhaj.or.id/
https://www.radiorodja.com/